Antara AI dan Manusia: Siapa yang Bertanggung Jawab atas Kata


Di masa lalu, keaslian tulisan diukur dari jejak tangan manusia. Pertanyaan sederhana: apakah ini karya ciptaanmu sendiri? Kini, ketika algoritma bisa merangkai kalimat lebih cepat dari pikiran, pertanyaan itu kehilangan bobotnya. Yang tersisa bukan lagi soal asal teks, melainkan: apakah engkau memahami dan berani bertanggung jawab atasnya?

Mesin bisa menyusun kata dengan rapi, memberi struktur yang memukau, bahkan menyalin ritme seorang penyair. Namun, mesin tidak pernah malu jika salah, tidak pernah bangga jika benar. Ia tidak menanggung risiko moral. Tanggung jawab itu—beban sekaligus martabat—hanya mungkin dipikul manusia.
Maka etika menulis di era ini bergeser. Menggunakan AI sebagai alat bantu bukan dosa; ia hanyalah pena baru, lebih canggih dari tinta. Namun ketika manusia berhenti berpikir, hanya menyalin hasil mesin tanpa paham, yang lenyap bukan sekadar orisinilitas gaya, melainkan kedewasaan intelektual.
Keaslian zaman baru tidak lagi ditentukan oleh siapa yang mengetik kata pertama, tetapi siapa yang sanggup berdiri di belakang kata terakhir. Di sinilah ukuran sejati: keberanian menanggung konsekuensi dari kalimat yang kita sebarkan. Sebab hanya manusia yang bisa memikul makna—dan hanya di situlah letak hidupnya tulisan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Pelatihan Servis Laptop – Praktis dan Siap Kerja

[CLOSED] Lowongan Kerja di Mataram IT – Penjaga Bengkel & Kurir [selesai]

๐Ÿ“ข Lowongan Kerja: Asisten Teknisi Laptop – Mataram IT