Dilema Servis Operan

Dilema Servis Operan: Antara Teknisi dan Makelar

Dalam dunia servis laptop, ada satu dilema klasik yang jarang disadari orang luar: operan pekerjaan antar teknisi atau melalui makelar. Di permukaan, hal ini tampak biasa saja. Tetapi bagi sebagian pelaku yang memegang prinsip, persoalan ini bukan sekadar transaksi, melainkan benturan idealisme dengan realitas pasar.

Saya pribadi tidak terlalu suka menerima operan teknisi. Alasannya sederhana: saya tidak terlalu berminat melanjutkan pekerjaan orang lain. Setiap teknisi punya alur diagnosis, standar, dan metode. Begitu pekerjaan berhenti di tengah, lalu diserahkan ke orang lain, yang datang bukan hanya kerusakan mesin, tetapi juga residu keputusan teknis yang tidak selalu transparan. Itu rawan memunculkan salah tafsir, bahkan konflik jika hasil akhir tidak sesuai harapan.

Sementara dengan oknum makelar, masalahnya lain lagi. Perbedaan kebijakan service sering menjadi kendala. Sistem yang saya rancang selalu diarahkan untuk end user: jelas prosedurnya, tercatat risikonya, dan ada alur komunikasi dua arah. Tetapi makelar kerap datang dengan pola instan: minta cepat, minta harga setengah dari user, namun tidak ikut menanggung risiko. Ketika ada masalah, ujungnya teknisi yang diminta bertanggung jawab penuh.

Bukan berarti saya menolak kerjasama. Hanya saja, jarang ada yang cocok dengan idealisme ini. Lebih baik saya menutup usaha servis dan beralih menjadi pedagang biasa, ketimbang harus tunduk pada pola makelar yang merugikan: cepat di depan, rumit di belakang. Bagaimana mungkin kita bisa membangun sistem yang sehat jika fondasinya saja tidak transparan?

Refleksi INFJ

Di satu sisi, kita peduli pada teknisi lain dan menghargai bahwa mereka juga sedang berjuang. Tetapi kepedulian takboleh melupakan prinsip. Kebaikan yang dilepas tanpa kendali justru akan menjadi jebakan. Kita butuh integritas, bahkan jika harus berjalan sendirian. 

Catatan INTJ

Secara sistemik, operan teknisi dan makelar akan selalu berujung asimetri: satu pihak menanggung risiko lebih banyak daripada pihak lain. Dalam jangka panjang, itu adalah model bisnis yang cacat. Solusinya hanya dua: bangun kerjasama berbasis kontrak jelas, atau tutup pintu bagi pola operan yang tidak sehat. Tegas memang berbiaya, tetapi setengah hati jauh lebih mahal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Pelatihan Servis Laptop – Praktis dan Siap Kerja

[CLOSED] Lowongan Kerja di Mataram IT – Penjaga Bengkel & Kurir [selesai]

๐Ÿ“ข Lowongan Kerja: Asisten Teknisi Laptop – Mataram IT