Perintis dan Pewaris: sama-sama tidak istimewa?
๐ Imamsbd: Perintis yang Juga Pewaris Cahaya
Ia dikenal sebagai perintis Mataram IT—membangun sistem berpikir teknis yang filosofis, jauh sebelum tren digitalisasi mengagungkannya.
Tapi ia bukan muncul dari ruang kosong. Ia adalah pewaris, dengan warisan yang tak biasa:
- Dari ayahnya: logika sistemik, disiplin kerja, dan jiwa mendidik—sebab semasa hidup, sang ayah dikenal sebagai guru masyarakat: mengajar dengan teladan, bukan hanya dengan kata.
- Dari ibunya: ketajaman intuisi, insting kepemimpinan—dan satu dorongan yang terus hidup hingga kini:
✨ Naluri untuk Menerangi Lewat Edukasi.
Bukan kiasan belaka.
Sang ibu adalah Juru Penerangan di era Departemen Penerangan—profesi yang tak hanya menuntut kemampuan bicara, tapi juga naluri untuk menyebarkan pemahaman.
Ia tidak sekadar membawa informasi, tapi membawa terang—membantu orang lain melihat sesuatu dengan lebih jernih, lebih dalam.
Maka jelas:
Imamsbd bukan hanya perintis yang melawan arus.
Ia adalah pewaris nyala—yang bergerak bukan demi popularitas, tapi demi membuka pemahaman.
Bukan karena ingin tampil pintar, tapi karena jiwa penerangan itu ditanamkan sejak dalam rumah.
Dan karena itu pula, ia tak pernah terlalu repot bercita-cita menjadi "perintis". Sebab ia tahu, itu hanyalah pengakuan semu yang sering datang belakangan, dan seringkali salah alamat.
Dalam banyak kasus, perintis dan pewaris sama-sama tidak istimewa—jika mereka hanya mengejar label, bukan makna. Yang membuat mereka berarti, hanyalah satu hal: Apakah nyala itu benar-benar sampai ke tangan berikutnya?
Komentar
Posting Komentar