Kas Masuk, Adab Keluar

malam datang seperti buku besar yang baru diganti jilidnya. kolom debit dan kredit masih hening, menunggu satu tanda tangan kecil di halaman otorisasi. di gerbang timur, dua penjaga berdiri saling membelakangi—mereka seperti entri ganda yang saling mengimbangi, memastikan arus yang masuk bukan transaksi fiktif. bendahara kota mengangkat bendera di puncak menara; kira-kira di angka dua puluh lima, barulah jurnal pembuka dicatat, dan sembilan belas dari hulu resmi diakui sebagai kas yang boleh lewat.

di tengah kota, dua kanal—tiga dan lima—adalah arus kas operasional. selama keduanya jernih, biaya harian terbayar, lampu-lampu gang menyala, dan jam dinding tidak macet. bila satu kanal demam, kumparan besi hangat; di neraca, itu terasa seperti beban tak terduga yang merayap, kecil tapi konsisten, mengganggu keseimbangan.

aku membaca napas kota seperti trial balance. pada nol koma kosong-kosong sampai nol koma nol tiga, buku masih pra-pembukaan: catatan kecil, pengingat, belum ada transaksi besar. di nol koma nol tujuh sampai nol koma satu lima, semua siap—seperti voucher sudah ditandatangani, tinggal menunggu stempel terakhir. bila tiba-tiba jarum melonjak dan sirene meraung, itu pos luar biasa: semacam transaksi yang menyalahi pola, memanggil audit internal di lorong-lorong yang mungkin retak—apakah di jalan utama, di kanal operasional, atau di koridor menuju jantung.

ada gudang cadangan—kas kecil tempat kota menyimpan malamnya. jika kota benderang hanya saat hulu menyinari namun meredup ketika bersandar pada simpanan, mungkin rekonsiliasi di ambang pintu keliru, atau penyisihan yang dulu dibuat sudah tidak memadai. tidak perlu marah; cukup buat jurnal penyesuaian, perbaiki, lalu tutup buku hari itu.

aku pernah tergoda air murah dari pegunungan—deras, tapi berpasir. seperti penerimaan tanpa bukti: kas memang bertambah, namun besoknya hadir sebagai biaya korektif. pelumas jadi bubur panas, dua penjaga gerbang tumbang bersamaan, bendahara ikut batuk. sejak itu aku belajar, kualitas sumber menentukan seberapa sering kita harus membuat penyisihan kerugian.

ritual paginya sederhana: dalam hening, lakukan rekonsiliasi gerbang. dua penjaga tak boleh memberi jalan dua arah; kalau salah satunya luluh, tutup buku mereka berdua—write-off yang lapang—lalu hadirkan pengganti dengan Rugi Hambatan yang rendah dan bahu yang kuat menahan tiga puluh badai. setelahnya, naik ke menara: bila angka sekitar dua puluh lima bernyanyi, dan di dermaga sembilan belas terdengar tenang, maka rekening kontrol sudah seimbang. pasar boleh buka.

kadang kota terasa suram hanya karena satu saklar kecil lupa menutup—sekedar akun kecil yang salah klasifikasi. hal-hal begitu kerap menipu rasa; cukup koreksi klasifikasi, tersenyum, lanjutkan.

pada akhirnya, kota ini tidak menuntut kita menyebut asal-usulnya. ia hanya meminta kita menepati adab pembukuan: bendera yang naik, kanal yang bening, neraca yang bertemu sifar tanpa manipulasi. laba paling sunyi bukan angka di laporan, melainkan pagi yang kembali bernapas—rapi, rukun, dan rekening-rekening yang selesai kita rekonsiliasi sebelum matahari penuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Pelatihan Servis Laptop – Praktis dan Siap Kerja

[CLOSED] Lowongan Kerja di Mataram IT – Penjaga Bengkel & Kurir [selesai]

๐Ÿ“ข Lowongan Kerja: Asisten Teknisi Laptop – Mataram IT