Opini: Pelaku Kejahatan Modern Semakin Mencerminkan Karakter Ekstrovert
Dulu, kita sering membayangkan pelaku kejahatan sebagai sosok pendiam, tertutup, dan misterius. Gambaran itu melekat pada stereotipe “penjahat klasik” yang beroperasi di balik bayangan. Namun, semakin ke sini, pola ini bergeser. Banyak kasus kriminal justru dilakukan oleh orang-orang dengan kecenderungan ekstrovert: ramah, percaya diri, pandai membangun relasi, bahkan populer di lingkungannya.
1. Cybercrime dan Manipulasi Persona
Pada era digital, pelaku ekstrovert menjadikan keterampilan komunikasi sebagai senjata. Mereka mampu menciptakan citra sosial yang memesona, lalu menggunakannya untuk menipu korban. Menurut riset Whitty (2013) dalam Journal of PFI Insights, pelaku penipuan daring atau romance scam membangun kepercayaan dengan interaksi normal, sebelum menuntut uang atau data korban (journal.apsifor.or.id).
Kejadian nyata terlihat di Bali. Pada Juni 2024, otoritas Indonesia menangkap 103 warga Taiwan yang menjalankan jaringan cyber crime dari vila mewah. Modus mereka adalah berpura-pura ramah dan meyakinkan, padahal melakukan kejahatan terstruktur (Reuters).
2. Kejahatan Terorganisir dan Akses Sosial
Kemampuan interpersonal tinggi membuat pelaku ekstrovert sering menjadi wajah depan sindikat kriminal. The Guardian mencatat, pada Juli 2025, Bali mengalami lonjakan 16% kasus kriminalitas yang melibatkan warga asing. Banyak di antaranya terkait penipuan properti, penipuan kripto, dan cybercrime. Para pelaku tampil sosial, berjejaring luas, dan sulit dicurigai di awal (The Guardian).
3. School of Crime di Lapas
Sisi ekstrovert juga tampak di dalam lembaga pemasyarakatan. Studi kasus di Lapas Kelas IIA Jember menemukan fenomena school of crime. Para narapidana yang aktif berinteraksi justru memperkuat jaringan dan menukar strategi kejahatan. Efeknya, narapidana tertentu semakin terampil ketika bebas, bukan semakin insaf (ResearchGate).
4. Pergeseran Pola: Dari Tertutup ke Terang-Terangan
Kejahatan modern kini tidak hanya sembunyi-sembunyi. Dengan balutan keramahan dan pesona, kejahatan bisa dilakukan di ruang publik, bahkan di media sosial yang terang benderang. Justru karena tampil ekstrovert, korban sering terlambat menyadari manipulasi. Inilah bentuk kejahatan baru: penyamaran lewat kebaikan sosial.
5. Rekomendasi dan Waspada
- Jangan mudah terlena citra ramah: Selalu cek rekam jejak dan konsistensi tindakan.
- Edukasi digital massal: Ajarkan masyarakat mengenali modus “terlalu lancar” dalam interaksi online.
- Perkuat kolaborasi antar lembaga: Terutama di daerah wisata dan pusat ekonomi.
- Reformasi pembinaan lapas: Agar tidak menjadi ajang tukar strategi kriminal.
Kesimpulan
Pelaku kejahatan modern semakin sering menunjukkan wajah ekstrovert. Mereka memanfaatkan keterampilan sosial untuk menipu, memanipulasi, bahkan membangun citra positif sebagai topeng. Artinya, kewaspadaan kita tidak boleh hanya berpatokan pada siapa yang terlihat pendiam atau terbuka, melainkan harus melihat integritas dan konsistensi. Di era ini, kriminalitas bukan lagi bayangan gelap, melainkan sering muncul terang-terangan—dibungkus keramahan dan senyum sosial.
Komentar
Posting Komentar