Ketika Tender Dilepas Hanya sebagai Formalitas
Tender, dalam pengertian sehatnya, adalah ruang kompetisi yang jujur. Ia diciptakan untuk mempertemukan kebutuhan dengan kemampuan terbaik, harga dengan kualitas, dan kepentingan publik dengan akal sehat. Namun dalam praktik yang menyimpang, tender sering direduksi menjadi sekadar ritual administratif. Dibuka bukan untuk memilih, melainkan untuk mengesahkan keputusan yang sudah lahir diam diam.
Formalitas yang Menyamar sebagai Prosedur
Tender formalitas adalah tender yang hasilnya sudah ditentukan sebelum pengumuman dibuat. Dokumen, jadwal, dan kontak hanyalah ornamen hukum agar sebuah keputusan tampak sah di atas kertas. Prosedur dijalankan, tetapi substansi ditiadakan.
Di titik ini, tender tidak lagi berfungsi sebagai alat seleksi, melainkan sebagai tameng. Tameng dari pertanyaan publik, dari kewajiban transparansi, dan dari tanggung jawab moral.
Ciri Ciri yang Terlihat Jelas bagi Mata yang Jujur
Pertama, spesifikasi teknis kabur atau terlalu umum. Tidak ada detail yang cukup untuk menilai kualitas secara objektif. Ini bukan kelalaian. Ini ruang abu abu yang sengaja dibuka agar siapa pun bisa dipaksakan masuk, atau lebih tepatnya agar satu pihak tertentu tidak pernah tersingkir.
Kedua, waktu pendaftaran singkat dan sunyi. Pengumuman minim, tenggat sempit. Tender dibuka seolah dunia luar tidak perlu tahu. Ia hadir bukan untuk mengundang, tetapi untuk menutup dengan stempel sah.
Ketiga, tidak ada mekanisme evaluasi yang bisa diuji. Tidak jelas bagaimana penilaian dilakukan, siapa pembandingnya, dan apa dasar penetapannya. Semua berakhir pada kalimat sakral yang kosong makna: sesuai prosedur.
Keempat, jawaban defensif saat ditanya. Ketika publik atau pihak berkepentingan meminta kejelasan, yang muncul bukan data, melainkan istilah. Bukan laporan, melainkan dalih. Kata seperti internal, kewenangan, atau hibah sering dijadikan tirai untuk menutup diskusi rasional.
Dampak yang Tidak Pernah Netral
Tender formalitas bukan pelanggaran kecil. Ia merusak kepercayaan. Ia mematikan iklim kompetisi sehat. Ia mengajarkan bahwa kepatuhan prosedural lebih penting daripada kejujuran substansial.
Dalam jangka panjang, praktik ini melahirkan dua jenis manusia. Mereka yang apatis karena merasa suara tidak lagi berarti, dan mereka yang sinis karena belajar bahwa kepintaran digunakan untuk mengakali sistem, bukan memperbaikinya.
Antara Legalitas dan Integritas
Tidak semua yang legal itu bermartabat. Tender formalitas sering lolos secara hukum, tetapi gagal secara etika. Ia mungkin sah di meja administrasi, namun runtuh di hadapan akal sehat.
Integritas tidak lahir dari banyaknya tanda tangan, melainkan dari keberanian membuka proses untuk diuji. Transparansi bukan ancaman bagi institusi yang bersih. Ia justru bukti kedewasaan.
Penutup
Ketika tender dilepas hanya sebagai formalitas, yang sedang dipertaruhkan bukan sekadar proyek atau anggaran. Yang dipertaruhkan adalah kepercayaan publik, nilai keadilan, dan pendidikan moral bagi generasi yang mengamati.
Prosedur tanpa niat jujur hanyalah upacara kosong. Dan institusi yang terus hidup dari upacara semacam ini, cepat atau lambat, akan kehilangan wibawa. Bukan karena diserang, tetapi karena pelan pelan ditinggalkan oleh kepercayaan.
Komentar
Posting Komentar