Logika Pembayaran Servis Laptop terutama yang bekas gagal servis tempat lain
Servis Berbasis Diagnosis
Mengapa Kasus Gagal dan Bekas Malpraktik Tidak Bisa Disamakan
Tidak semua laptop datang dalam kondisi netral.
Sebagian tiba sebagai pasien rujukan, bekas ditangani, dibongkar, bahkan disakiti oleh tangan yang tergesa atau tidak memahami sistem.
Kasus seperti ini tidak bisa diperlakukan seperti servis biasa.
1. Bekas Gagal Servis adalah Pasien Trauma
Di dunia medis, pasien rujukan selalu lebih sulit.
Bukan hanya karena penyakit awalnya, tetapi karena jejak tindakan sebelumnya.
Dalam servis laptop, bekas gagal servis sering membawa:
jalur terpotong atau terkelupas,
komponen diganti tanpa analisis,
solder berlebihan,
firmware dimodifikasi sembarangan,
proteksi bawaan yang sudah dilumpuhkan.
Ini setara dengan malpraktik teknis.
Bukan lagi sekadar kerusakan alami.
2. Diagnosis Menjadi Lebih Berat dan Lebih Mahal
Pada kasus normal, diagnosis mencari satu sebab utama.
Pada kasus bekas gagal servis, diagnosis harus menjawab dua hal:
kerusakan awal,
kerusakan tambahan akibat intervensi sebelumnya.
Artinya:
waktu lebih panjang,
risiko lebih tinggi,
kemungkinan hasil lebih terbatas.
Seperti di rumah sakit rujukan, diagnosis tetap dibayar, bahkan justru lebih mahal karena kompleksitasnya.
3. Hasil Bersifat Bertahap dan Tidak Selalu Sempurna
Untuk kasus trauma teknis, target harus realistis.
Tahap prioritas:
mesin hidup,
sistem stabil,
fungsi utama berjalan.
Jika tercapai, itu sudah pemulihan signifikan.
Fungsi tambahan seperti baterai, estetika jalur, atau efisiensi panas adalah bonus, bukan janji.
Menuntut kesempurnaan dari mesin yang pernah dimutilasi secara teknis adalah ketidakadilan epistemik.
4. Skema Pembayaran yang Jujur
Untuk kasus bekas gagal servis:
diagnosis wajib dibayar,
hasil dinilai bertingkat,
biaya mengikuti tingkat pemulihan, bukan harapan awal pemilik.
Tidak ada “gagal total” jika fungsi inti hidup.
Yang ada hanyalah batas rasional pemulihan.
5. Penutup
Servis pada mesin bekas malpraktik adalah kerja rekonstruksi, bukan sekadar perbaikan.
Seperti dokter rujukan:
tidak menjanjikan keajaiban,
tidak menutup luka lama dengan janji manis,
hanya bekerja sejauh ilmu dan realitas memungkinkan.
Kejujuran ini mungkin terdengar keras.
Namun justru di situlah etika profesional berdiri tegak.
Komentar
Posting Komentar