Pendidikan kesehatan kedokteran, keperawatan, farmasi, dan kebidanan adalah proyek epistemik dan struktural yang mahal. Ia tidak sekadar menuntut kemampuan kognitif, tetapi juga keselarasan antara pengetahuan, disposisi batin, dan ketahanan mental. Tanpa minat murni, proses belajar berubah dari formasi profesional menjadi sekadar akumulasi kredensial.

Masalah muncul ketika pilihan pendidikan ini tidak lahir dari kesadaran epistemik subjek, melainkan dari transmisi ambisi keluarga. Anak tidak ditempatkan sebagai agen pengetahuan, tetapi sebagai medium reproduksi status. Pada titik ini, pendidikan kehilangan fungsi pembebasnya dan berubah menjadi mekanisme domestikasi yang rapi.

Secara struktural, biaya pendidikan kesehatan sangat tinggi dan bersifat irreversible. Waktu, energi, dan peluang alternatif dikunci dalam satu lintasan sempit. Namun setelah lulus, lulusan masuk ke pasar kerja yang semakin jenuh, hierarkis, dan eksploitatif. Sistem ini tidak ramah pada individu yang tidak memiliki afinitas intrinsik terhadap profesinya. Tanpa minat autentik, daya tahan epistemik runtuh lebih cepat daripada kompetensi teknis.

Di sinilah muncul konflik laten. Individu terjebak dalam profesi yang tidak ia pahami sebagai proyek eksistensial, tetapi juga tidak mampu meninggalkannya karena tekanan moral keluarga dan legitimasi sosial gelar. Ia bertahan bukan karena visi profesional, melainkan karena beban simbolik pengorbanan orang tua. Secara sosiologis, ini bukan loyalitas, melainkan keterikatan koersif yang dibungkus etika bakti.

Kesalahan utamanya adalah kesalahan kategori. Profesi kesehatan diperlakukan sebagai aset yang dapat diwariskan lintas generasi, seolah ia setara dengan kepemilikan ekonomi. Padahal profesi ini adalah praktik relasional yang menuntut keterlibatan afektif, empati, dan keberlanjutan mental. Tanpa fondasi ini, profesi kesehatan menjadi kerja alienatif yang secara perlahan menggerogoti subjeknya.

Lebih jauh, praktik memaksakan jalur pendidikan kesehatan tanpa minat merupakan bentuk pemindahan kegagalan refleksi struktural orang tua ke tubuh anak. Niat personal diklaim sebagai kebajikan moral, padahal sistem pendidikan bersifat netral secara etis dan selektif secara ekonomi. Institusi menerima siapa saja yang mampu membayar, sementara pasar kerja menyaring dengan logika efisiensi, bukan empati.

Dalam konteks ini, masa depan profesi kesehatan tidak lagi menjanjikan kemapanan normatif. Ia menuntut seleksi epistemik yang ketat sejak awal, bukan sekadar seleksi akademik. Tanpa kesesuaian antara minat, kapasitas batin, dan struktur kerja, pendidikan kesehatan hari ini lebih tepat disebut sebagai perjudian struktural berbiaya tinggi.

Maka, menyampaikan hal ini secara jujur bukanlah sinisme, melainkan tanggung jawab etis. Jangan memasukkan anak ke dunia kesehatan hanya karena narasi genealogis seperti dulu ayah dokter atau ibu perawat. Tanpa panggilan epistemik, yang diwariskan bukan martabat profesi, melainkan kelelahan struktural lintas generasi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Program Pelatihan Servis Laptop – Praktis dan Siap Kerja

๐Ÿ“ข Lowongan Kerja: Asisten Teknisi Laptop – Mataram IT

[CLOSED] Lowongan Kerja di Mataram IT – Penjaga Bengkel & Kurir [selesai]