Alternatif model transaksi antar bengkel (B2B servis)

 Jadi ada ide model transaksi antar bengkel (B2B servis) di mana satu bengkel meminta bantuan bengkel lain untuk sekadar cek cepat dengan harga lebih murah, tapi hasilnya tidak dilengkapi data pengukuran detail.

Model ini sebenarnya realistis, karena dalam praktik antar bengkel ada beberapa “lapisan jasa” yang bisa diatur:

1. Cek Instan / Opinion Only

• Bentuk: bengkel A minta bengkel B untuk “lihat sekilas” kerusakan.

• Output: hanya opini kasar, tanpa catatan arus/tegangan.

• Biaya: lebih murah (misal Rp20–50 ribu).

• Cocok: untuk menyaring apakah unit layak diperbaiki lanjut, atau hanya untuk memperkirakan harga jual beli unit rusak.

• Risiko: opini bisa salah, karena tidak ada bukti pengukuran.

---

2. Cek Semi-Detail

• Bengkel B buka casing, cek jalur utama (3V/5V), cek fisik, tetapi tidak membuat laporan lengkap.

• Output: hasil verbal atau WA singkat.

• Biaya: sedang (Rp100–200 ribu).

• Cocok: untuk bengkel yang butuh konfirmasi lebih serius sebelum belanja part.

• Risiko: data tidak terdokumentasi, jika salah arah diagnosa bisa menimbulkan komplain.

---

3. Cek Lengkap dengan Data Pengukuran

• Inilah level “premium”: ada laporan arus adaptor, hasil pengukuran coil, sinyal, mungkin foto board.

• Biaya: jelas lebih mahal (Rp250 ribu ke atas tergantung kompleksitas).

• Output: transparan, bisa dipakai sebagai second opinion untuk laporan ke customer.

---

Nilai Strategis Model “Tanpa Data”

• Efisiensi biaya: bengkel pemula bisa tetap akses opini murah dari bengkel yang lebih ahli.

• Fleksibilitas: bisa pilih antara opini ringan atau diagnosa serius.

• Segmentasi layanan: bengkel besar tidak rugi waktu karena sudah jelas sejak awal hanya memberi opini, bukan laporan lengkap.

Namun, perlu aturan main jelas supaya tidak ada salah paham:

• Tuliskan sejak awal: “cek tanpa data pengukuran, hasil opini tidak bisa dijadikan dasar garansi.”

• Tegaskan bahwa biaya yang murah itu hanya untuk pandangan awal, bukan keputusan teknis final.